Keadilan untuk para Pengendara Agresif



Sebenarnya kita semua pengemudi kendaraan punya hak yang sama kan dalam menggunakan fasilitas umum bernama Jalan? Kita sama-sama membayar pajak untuk menggunakan hak tersebut. Namun apakah kita melupakan satu lagi kewajiban kita sebagai warga negara yaitu mementingkan keselamatan daripada kecepatan?

Pernah liat pasti saat anda mengemudikan kendaraan tiba-tiba ada motor yang menyalip anda dan tiba-tiba memberi sen kiri namun berbelok ke kanan. Atau pengendara mobil yang menyalip dengan kecepatan tinggi tanpa lampu sein sama sekali. Atau supir bis yang (mungkin tidak sadar jikalau kendaraan yang dibawakannya itu besar) berbelok kekanan untuk menyalip lalu kembali ke alur jalannya semula dengan kecepatan tinggi.

Lalu adil tidak dengan pengendara yang sudah menyetir sebaik-baiknya dengan mengutamakan keselamatan bersama mengikuti peraturan yang ada? Memang kebanyakan ornag yang menyetir dengan aman tersebut membuat pelan jalur yang mereka ambil. Tapi apabila menyalip dengan kecepatan tinggi dan kecelakaan lalu itu malah membuat lebih macet lagi untuk 2 jam kedepan.

Lalu pernah pasti melihat pengendara motor menjarah jalur pejalan kaki yaitu trotoar dengan seenaknya. Seperti pada Jakarta (ANTARA News) - Belasan pengendara sepeda motor menjarah hak pejalan kaki pada Selasa pagi, mengemudikan kendaraan mereka di sepanjang trotoar jalan Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

Puluhan pengguna sepeda motor yang lain menerobos jalur bus Transjakarta koridor dua rute Pulogadung-Harmoni bersama sejumlah pengendara mobil di kawasan itu.

Sementara di persimpangan Senen, saat lampu merah menyala, belasan pengemudi menempatkan kendaraan mereka sampai menutupi zebra crossyang seharusnya menjadi tempat para pejalan kaki menyeberang.

Belasan pengendara sepeda motor lainnya mencoba terus melaju meski lampu lalu lintas yang masih menyala merah.

Di sisi lain, beberapa pengendara sibuk berusaha menyebrangkan sepeda motor mereka dari separator jalur bus Transjakarta untuk menghindari petugas yang berdiri di perempatan jalan raya itu.

"Jalanan semakin macet, kalau enggak keluar masuk jalur Busway pasti lama sampai kantornya, saya bisa telat," kata Sandi Tri (25), yang sebelumnya melintasi jalur bus Transjakarta kemudian ikut berbaris di zebra cross perempatan Senen.

Pria yang bekerja di kawasan Tugu Tani, Jakarta Pusat, itu mengaku kerap melalui jalur yang sebenarnya tidak boleh dilalui demi menghemat waktu tempuh perjalanan karena padatnya lalu lintas kendaraan di ruas-ruas jalan Jakarta.

"Saya dari Depok ke Tugu Tani, kalau jam sibuk begini biasanya banyak yang melanggar dan polisinya juga enggak menilang," kata Sandi di perempatan Senen, yang selalu ramai di jam-jam sibuk.

Seperti Sandi, Mirza Hamid (39) juga tak ragu dan takut melanggar aturan lalu lintas di jalan raya.

Pengojek itu gesit mengendarai sepeda motornya melintasi trotoar di sepanjang Jalan Pramuka, Jakarta Timur, lalu memarkirnya di trotoar, di bawah halte bus Transjakarta Pasar Genjing.

"Biar cepat sampai supaya bisa membawa penumpang berkali-kali, lagipula tukang ojek memang biasanya mangkal di trotoar, dekat dengan pejalan kaki dan halte," kata Mirza sembari duduk, menikmati es teh di sepeda motornya, tak menghiraukan seorang ibu sulit melewati trotoar karena terhalang motornya diparkir melintang.

Sandi dan Mirza hanya bagian kecil dari pengemudi yang menggunakan jalan raya tanpa mempedulikan hak pejalan kaki, tanpa mengindahkan dampak tindakan mereka terhadap keselamatan diri sendiri dan orang lain, tanpa peduli dengan hukuman yang bisa menjerat mereka karena melanggar Undang-Undang No. 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Padahal sekarang lagi dicanangkan untuk mengendarakan kendaraan dengan aman tanpa mengambil hak orang lain seperti pada berita tersebut.

Lalu kita harus bagaimana untuk menghadapi hal tersebut? Harus jadi polisi?? Tidak kan?

Semua berasal dari hati, berasal dari masing masing pengguna kendaraan. Kalau memiliki anak pikirkan apa yang dilakukan anak nanti apabila orang tuanya saja seperti itu? Apa mau anaknya kecelakaan kelak karena karma yang dilakukan orang tuanya?

Kita sebagai manusia harus adil dalam memilih hak dan kewajiban. Seperti juga pada kasus pengendara. Jadilah pengendara yang mampu menegakkan keadilan dengan mulai dari diri sendiri. Dan lihat bagaimana perasaan orang lain sebagai pengendara. Salam pengendara! :)

Referensi:
http://www.antaranews.com/berita/462412/para-pengendara-agresif-di-jalan-raya-jakarta

Comments

Popular Posts